I. Kebangkitan Jerman dan Ambisi Wilhelm II di Amerika
Pada abad 19 Jerman menjadi kekuatan besar di Eropa berkat usaha Otto von Bismarck yang dalam serangkaian pertempuran menjadikan Prusia sebagai kekuatan dominan dan akhirnya menyatukan dan membentuk Kekaisaran Jerman Bersatu (tanpa Austria) pada tahun 1871. Dalam politiknya, Bismarck mengadopsi kebijakan realpolitik dimana Jerman dimaksudkan sebagai mediator bagi negara-negara Eropa lainnya. Namun ketika Wilhelm II naik tahta, kebijakan Jerman berubah menjadi weatpolitik yang lebih bernuasa nasionalistik dimana tujuannya menjadikan Jerman menjadi salah satu kekuatan dunia yang diikuti dengan pengembangan kekuatan militer Jerman. Dengan semakin menguatnya kekuatan Jerman, Wilhelm II kemudian melirik benua Amerika. Mentri Luar Negri Jerman Bernhard von Bulow juga sudah menandakan bahwa Jerman memandang 3 negara sebagai rivalnya dalam upaya meraih dominasi yaitu Inggris, Prancis dan Amerika. Amerika Serikat pada masa itu merupakan negara dengan kekuatan ekonomi yang sedang bertumbuh pesat dan pengaruhnya melebar ke kawasan pasifik dan Amerika Latin. Hal ini menjadikan Jerman melihat Amerika Serikat sebagai rival yang potensial. Kaisar Wilhelm II berimpian untuk menggantikan pengaruh Amerika Serikat dengan pengaruh Jerman. Karenanya Kaisar Wilhelm II mulai melirik negara-negara dikawasan Karibia. Menurutnya dengan membangun pangkalan di kawasan karibia (Kuba atau Puerto Rico), Jerman akan memiliki basis yang cukup untuk mengcounter pengaruh Amerika di Terusan Panama yang sedang dibangun. Rencana ini sekaligus langkah pertama untuk realisasi cita-cita Wilhelm II untuk melebarkan pengaruh Jerman ke Amerika.
II. Dokrin Monroe dan Rencana Pertama Jerman
Namun cita-cita Kaisar Wilhelm II tersebut terbentur oleh kebijakan luar negri Amerika Serikat terhadap negara-negara di benua Amerika. Kebijakan tersebut dikenal dengan nama “Dokrin Monroe” yang dikeluarkan oleh Presiden James Monroe dengan tujuan menghadang kolonialisme Eropa di benua Amerika. Sesuai dokrin Monroe, Amerika Serikat mengancam kekuatan Eropa untuk tidak sekali-kali berusaha membangun pengaruh mereka di benua Amerika baik melalui kolonialisme langsung ataupun membangun pemerintahan boneka. Kebijakan ini berkaitan dengan kekhawatiran AS dan juga Inggris akan kemungkinan kekuatan kontinental Eropa seperti Spanyol untk kembali menancapkan pengaruh kolonialismenya atas Amerika Latin dan juga kekhawatiran akan ambisi Rusia terhadap Pantai Barat Laut Amerika Utara. Adanya dokrin Monroe ini membuat Jerman terpaksa harus berhadapan dengan Amerika Serikat jika ingin membanugun pengaruh di kawasan Amerika.
Kaisar Wilhelm II lalu memerintahkan militer Jerman untuk membuat rencana untuk menghadapi Amerika Serikat. Militer Jerman lalu datang dengan rencana pertama yaitu untuk menghantam kekuatan laut Amerika Serikat dan kemudian memblokade Amerika Serikat. Rencana ini dibuat mengingat Jerman saat itu sedang giat-giatnya membangun kekuatan lautnya dibawah komando Admiral von Tirpitz. Eberhard von Mantey , Letnan Angkatan Laut Jerman saat itu mengajukan rencana untuk menyerang AL Amerika Serikat dikawasan Pantai Timur untuk memberi akses terhadap rencana pembangunan pangkalan Jerman di Karibia. Rencananya Angkatan Laut Kekaisaran Jerman ( Kaiserliche Marine ) akan menghancurkan Armada Atlantik Amerika Serikat lalu menyerang pelabuhan Norfolk-Virginia dan kekuatan-kekuatan laut AS lainnya di sekitar Hampston Roads-Virginia. Von Mantey yakin bahwa ini adalah titik vital dalam pertahanan Amerika Serikat sehingga ketika sudah dilumpuhkan maka Jerman akan dapat melancarkan blokade terhadap Amerika Serikat. Pada saat itulah tim negoisator Jerman akan dikirim dan memaksa Amerika Serikat untuk menyetujui semua tuntutan yang diberikan Jerman. Namun rencana ini dirasa cukup sulit untuk dilaksanakan dan Kaisar Wilhelm II pun juga menemukan kesulitan untuk mendanai proyek besar pembangunan kapal-kapal perang untuk keperluan tersebut. Rencana tersebut kemudian ditunda atau dialihkan untuk membangun kapal-kapal penjelajah guna mendukung rencana tersebut.
Perang Spanyol-Amerika kemudian pecah pada tahun 1898 dengan aksi AL Amerika Serikat di Pasifik dan Karibia. Jerman mencoba memprovokasi Amerika Serikat di teluk Manila dengan menembakan tembakan peringatan dari delapan kapal Jerman terhadap posisi Amerika Serikat namun tidak sampai menimbulkan kerusakan. Jerman berharap Amerika Serikat akan dikalahkan oleh perang gerilya di Filipina sehingga Jerman mengubah strateginya dari perang langsung menjadi memberikan dukungan suplai kepada gerilyawan. Namun sayangnya, Amerika Serikat berhasil memenangkan perang pada tahun 1899 dan menguasai Guam, Hawaii dan Filipina di Pasifik serta menguasai Puerto Rico di Karibia. Dukungan Amerika Serikat terhadap kemerdekaan Kuba jga menjadikan Kuba sebagai wilayah dibawah pengaruh ekonomi Amerika Serikat. Rencana Jerman membangun pangkalan di Karibia pun harus kandas.
III. Rencana Kedua Jerman terhadap Amerika Serikat
Jerman tidak menyerah sampai disitu saja. Amerika Serikat boleh memenangkan perang melawan Spanyol dan membuat rencana Jerman di karibia kandas namun ambisi Jerman tetap tidak tergoyahkan. Kaisar Wilhelm II lalu memerintahkan von Mantey untuk merevisi rencana perang terhadap Amerika Serikat ditahun 1899. Kini Jerman berencana untuk melancarkan sebuah rencana yang lebih ambisius dari yang pertama yaitu serangan terhadap tanah Amerika Serikat secara langsung. Satu-satunya serangan asing terhadap Negara Amerika Serikat terjadi ditahun 1812 saat Amerika Serikat berperang dengan Inggris Raya dimana pasukan Inggris berhasil memasuki Amerika Serikat dan membakar ibukota Washington DC. Jerman berencana untuk berbuat hal yang sama dengan Inggris yaitu menginvasi Amerika Serikat secara langsung.
Rencana invasi ini adalah untuk menduduki Boston dan New York. Diperlukan sekitar 60 Kapal Perang, 60 Kapal Kargo untuk keperluan suplai yang membawa 75.000 ton batu bara, dan juga 60 kapal pengangkut pasukan yang akan menggangkut 100.000 tentara lengkap dengan perlengkapannya. Invasi ini akan berjalan setidaknya 25 hari menyebrangi Atlantik. Rencana ini akan dimulai dengan pertempuran laut untuk merebut supremasi laut atas AL Amerika Serikat yang dilanjutkan dengan pendaratan pasukan Jerman di Cape Cod lengkap dengan Artillerynya. Pasukan ini kemudian bergerak ke Boston dan menembaki kota tersebut dengan tembakan Artillery. Serangan terhadap New York memerlukan mobilitas tinggi untuk dapat sukses dimulai dengan pendaratan pasukan Jerman di pulau Sandy Hook, New Jersey yang diikuti dengan angkatan laut yang bertugas melumpuhkan pertahanan di pelabuhan-pelabuhan sekitar terutama Fort Hamilton dan Fort Tompkins. Setelahnya, kapal-kapal perang Jerman akan bergerak ke Manhattan dan menembaki area sekitar Manhattan dan New York untuk menimbulkan kepanikan diantara penduduk sipil Amerika Serikat.
Kaisar Wilhelm II pada tahun 1901 tiba-tiba menyatakan bahwa rencana tersebut lebih baik dijalankan dari Kuba daripada berlayar dari Jerman langsung, namun para staff militer Jerman mengingatkan Kaisar bahwa untuk melakukan hal tersebut diperlukan pangkalan terlebih dahulu di Kuba. Admiral Otto von Diederichs menyatakan kepada Kaisar bahwa Angkatan Laut Jerman saat itu sudah lebih kuat dari Angkatan Laut Amerika Serikat dan keberhasilan rencana itu tergantung pada kesanggupan Angkatan Darat untuk melaksanakannya. Jendral Alfred von Schlieffen (yang terkenal dengan rencana Shlieffennya) ragu bahwa rencana tersebut akan berhasil. Ia menyatakan bahwa 100.000 prajurit mungkin cukup jika hanya menaklukan Boston namun untuk menaklukan New York dengan populasi lebih dari 3 juta jiwa dibutuhkan lebih dari 100.000 prajurit. Von Diederichs pun menyetujui pandangan von Schlieffen dan menyatakan kepada Kaisar bahwa Angkatan Laut Jerman tidak memiliki cukup kapal untuk mengangkut 100.000 prajurit lengkap dengan persenjataannya. Rencana tersebut pun kandas.
IV. Rencana III dan Final
Pada rencana ketiga ini, Jerman melalui perwira Staff Angkatan Lautnya Wilhelm von Büchsel , memberi perubahan sedikit pada rencana sebelumnya. Rencana ini disebut Operationsplan III mempertimbangkan pula kondisi politik global. Untuk mendapatkan keuntungan secara politik, Jerman berencana membangun pangkalan di Culebra, Puerto Rico untuk mengancam Terusan Panama. Von Mantey menulis dalam diarinya “Pantai Timur merupakan jantung bagi Amerika Serikat dan disanalah dia paling rentan. New York akan menjadi panik dengan kemungkinan pengeboman dan dengan menghantamnya kita bisa memaksa Amerika Serikat untuk bernegoisasi”.
V. Syarat-syarat keberhasilan dan hasil akhir
Untuk memenuhi rencana tersebut, terdapat syarat-syarat yang dirasa perlu dipertimbangkan. Setidaknya ada dua syarat yang bisa menjadi pertimbangan terhadap kesuksesan rencana Jerman terhadap Amerika Serikat:
1. Ketidaksiapan Amerika Serikat
2. Tidak adanya Konflik Besar di Eropa
Hal pertama, Amerika Serikat justru sedang membangun kekuatan mereka khususnya sejak kemenangan Amerika Serikat dalam Perang Spanyol-Amerika. Amerika Serikat justru membuktikan bahwa mereka siap untuk berhadapan dengan kekuatan manapun yang berupaya untuk menganggu kepentingan mereka. Amerika Serikat mulai membangun banyak kapal perang dan perbandingan kekuatannya semakin menjauh dari kekuatan Angkatan Laut Jerman. Ditambah lagi Inggris sebagai negara dengan Angkatan Laut terkuat di dunia juga semakin mengembangkan kekuatan lautnya membuat tekanan besar bagi Angkatan Laut Jerman yang semakin jauh dari kekuatan Angkatan Laut Inggris maupun kekuatan laut Jerman yang dibutuhkan dalam rencana invasi ke Amerika Serikat. Krisis Venezuela pada tahun 1902-1903 juga menunjukan bahwa Amerika Serikat mampu menggunakan kekuatan mereka khususnya Angkatan laut untuk memaksakan pandangan mereka atas politik dunia. Krisis tersebut juga menambahkan pandangan Roosevelt Corollary dari Presiden Theodore Roosevelt terhadap Dokrin Monroe dimana Amerika Serikat bisa terlibat dalam konflik antara negara-negara Amerika Latin dan kekuatan Eropa (suatu kebijakan yang mengarah kepada status Amerika Serikat sebagai polisi dunia).
Sementara dalam syarat kedua, sejak tahun 1904 ketegangan di Eropa meningkat menyusul ditandatanginya Entente Cordiale antara Inggris Raya dan Prancis. Jerman secara mendadak memiliki hal lain yang harus dipertimbangkan bahkan lebih dari ambisi untuk membangun pengaruh di Amerika karena ancaman jelas ada di depan gerbang mereka sendiri. Penolakan Tsar Nicholas II dari Rusia untuk beraliansi dengan Jerman akhirnya membuat Jerman harus berkonsentrasi terhadap penguatan kekuatan militer mereka untuk menghadapi potensi konflik di Eropa di masa mendatang (Perang Dunia I). Akhirnya rencana invasi ke Amerika Serikat dibatalkan pada tahun 1906.